RENDEZVOUZ
kutunggu kamu di beranda gereja
tak berani aku mendekat, karena aku bukan khatolik
sedang ada misa, dan ini natal, aku tahu
entah Jesus itu orang mana, tapi aku jatuh hati
sebab kulihat ia duduk di bawah pohon beringin
menikmati gending
dalam bahasa jawa
di Ganjuran, aku mencarimu
pada candinya kunyalakan lilin
dan berdoa
entah pada Maria, atau Jesus,
atau datu-datu penjaga batu-batu
atau pada Tuhan manapun, yang aku yakin pasti
tahu semua bahasa
dulu sekali, kamu bilang
temui aku
di kios yang menjual kaos
bertuliskan doa bapa kami
yang ditulis dalam huruf Jawa
dan berkata Jawa
kamu berjanji untuk membawaku ke Samas
lalu Parangtritis dan Parangkusumo
untuk menyaksikan pelacur,
wisatawan,
dan tapak orang suci
tapi itu tidak penting, katamu
sebab yang penting adalah laut
tempat dayang-dayang tinggal
sambil menjaga kota
tapi itu juga tidak penting, katamu
sebab yang penting adalah untuk mengingat
bahwa kita dulu adalah makhluk yang diciptakan di lautan
sebelum merangkak sebagai amphibi
untuk kemudian bergelayutan sebagai primata
dan akhirnya berjamahan sebagai manusia
ah, kamu mencampuradukkan sains dan dongeng-dongeng, kataku
kamu tidak membantah dan mengakhiri ceritamu
dengan sebuah ciuman
yang membuatku merasa pantas untuk
diusir dari surga
di kotamu, katamu
kita akan bertemu
lalu di pantai-pantainya kita
berjalan bergandengan
sambil menebak usia bukit-bukit kapur
sebelum akhirnya menyerah
sebab kita ada cuma untuk sekerdipan mata
mungkin satu dua dengus napas
dari kepundan gunung yang muntah di utara sana
aku memandangmu, dan berkata, karena kita sudah bercinta
maka kita tahu, kita bisa abadi
ah kamu mulai mencampuradukkan
agama dan spekulasi filsafat, katamu
seperti biasa debat itu terhenti
ketika kita berjamahan
tahun ke tahun
dari stasiun Tugu,
Ganjuran
Parangtritis
Krakal
aku mencari-carimu
menempuh natal,
lebaran, waisak dan semua
perayaan
melintas janji dan dusta
kutukan dan penebusan
nasib dan tebak-tebakan
juga sains, sastra dan agama
juga dongeng, gosip dan statistik
kucari kamu di wajah-wajah pengungsi,
politisi, seniman, dan anak jalanan
ingin sekali kutagih janjimu
bahwa kamu kenal semua bahasa
dan karenanya, kita tidak membutuhkannya
kita akan bertemu di Jogja, katamu, dulu sekali
maka kutuliskan ini
dan akan kutempel di dinding-dinding kota
bersama pamflet, advertensi dan berita orang hilang
sembari berharap
gantian kamu yang menyalakan lilin
pada kuil-kuil abadi
yang terlanjur kubangun dalam rongga-ronggaku
Susy Ayu
4 Januari 2011
Alhamdulillah, telah kubawakan pada acara 100 penyair Membaca Jogja, 7 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar