Minggu, 31 Juli 2011

RENDEZVOUZ

RENDEZVOUZ

kutunggu kamu di beranda gereja

tak berani aku mendekat, karena aku bukan khatolik

sedang ada misa, dan ini natal, aku tahu

entah Jesus itu orang mana, tapi aku jatuh hati

sebab kulihat ia duduk di bawah pohon beringin

menikmati gending

dalam bahasa jawa


di Ganjuran, aku mencarimu

pada candinya kunyalakan lilin

dan berdoa

entah pada Maria, atau Jesus,

atau datu-datu penjaga batu-batu

atau pada Tuhan manapun, yang aku yakin pasti

tahu semua bahasa


dulu sekali, kamu bilang

temui aku

di kios yang menjual kaos

bertuliskan doa bapa kami

yang ditulis dalam huruf Jawa

dan berkata Jawa


kamu berjanji untuk membawaku ke Samas

lalu Parangtritis dan Parangkusumo

untuk menyaksikan pelacur,

wisatawan,

dan tapak orang suci

tapi itu tidak penting, katamu

sebab yang penting adalah laut

tempat dayang-dayang tinggal

sambil menjaga kota


tapi itu juga tidak penting, katamu

sebab yang penting adalah untuk mengingat

bahwa kita dulu adalah makhluk yang diciptakan di lautan

sebelum merangkak sebagai amphibi

untuk kemudian bergelayutan sebagai primata

dan akhirnya berjamahan sebagai manusia

ah, kamu mencampuradukkan sains dan dongeng-dongeng, kataku


kamu tidak membantah dan mengakhiri ceritamu

dengan sebuah ciuman

yang membuatku merasa pantas untuk

diusir dari surga


di kotamu, katamu

kita akan bertemu

lalu di pantai-pantainya kita

berjalan bergandengan

sambil menebak usia bukit-bukit kapur

sebelum akhirnya menyerah

sebab kita ada cuma untuk sekerdipan mata

mungkin satu dua dengus napas

dari kepundan gunung yang muntah di utara sana


aku memandangmu, dan berkata, karena kita sudah bercinta

maka kita tahu, kita bisa abadi


ah kamu mulai mencampuradukkan

agama dan spekulasi filsafat, katamu


seperti biasa debat itu terhenti

ketika kita berjamahan


tahun ke tahun

dari stasiun Tugu,

Ganjuran

Parangtritis

Krakal

aku mencari-carimu


menempuh natal,

lebaran, waisak dan semua

perayaan


melintas janji dan dusta

kutukan dan penebusan

nasib dan tebak-tebakan

juga sains, sastra dan agama

juga dongeng, gosip dan statistik


kucari kamu di wajah-wajah pengungsi,

politisi, seniman, dan anak jalanan

ingin sekali kutagih janjimu

bahwa kamu kenal semua bahasa

dan karenanya, kita tidak membutuhkannya


kita akan bertemu di Jogja, katamu, dulu sekali

maka kutuliskan ini

dan akan kutempel di dinding-dinding kota

bersama pamflet, advertensi dan berita orang hilang

sembari berharap

gantian kamu yang menyalakan lilin

pada kuil-kuil abadi

yang terlanjur kubangun dalam rongga-ronggaku


Susy Ayu

4 Januari 2011


Alhamdulillah, telah kubawakan pada acara 100 penyair Membaca Jogja, 7 Januari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar