PUISI PUISI SUSY AYU DI SUARA KARYA JAKARTA, OKTOBER 2010
AKU HAMIL OLEH MUSIM
Jauh dalam dirku bersemayam sebuah belantara
dengan pohon-pohon, belukar, rerambatan
serta binatang yang belum lagi menyandang nama
di sana kutinggal
terkadang sebagai seorang petapa, yang membenci kata-kata
atau Sita di hutan Dandaka; menunggu Rahwana menculikku
atau Rama membebaskanku
atau aku adalah segumpal tanah yang menanti sebentuk kata
lalu mengutukku menjadi Manusia.
sebatang sungai mengalir dari sana
dengan air yang diperas dari langit
diperam oleh akarakar, daun-daun yang membusuk, juga guguran benih
kadang aku terperangkap dalam bongkah bebatuan
atau menetes dari pucuk-pucuk stalaktit
kubayangkan bahwa sungai itu akan mengalir ke dataran di bawah sana
menjelma bendungan, kanal, dan parit-parit.
ia akan menjadi Nil, Indus, Yang-Tze, Eufrat, Tigris..
tapi yang kutemukan seringkali ia hanya sebutir air di pucuk daun
atau sebentuk kolam tempat seekor katak buruk tinggal
bahkan cuma genangan di kelopak Nepenthes
tempat ku sendiri terperangkap sebagai serangga sekarat
sungguh kuingin menguasai kata-kata, mengumpulkan dan menernakkannya,
beranak pinak menjadi sekumpulan hewan yang bisa kupanen sewaktu-waktu
tapi seringkali akulah yang digembalakannya, dibanding sebaliknya
musim menghampiri ku dengan kata-kata
membuatku hamil
dan memaksaku melahirkan sajak-sajak
14 Juni 2010
TENTANG MAKNA YANG KUCATAT
Aku pernah berada di luar sejarah ketika hidupku tak dimaknai
sejenis tanaman merambat ke arah mentari
sesekali berbunga dan senang
bersamamu,di taman ini aku mampu mekar
sederhana tapi bagiku seindah nirwana
sebagaimana waktu membuat kita mengenyam lupa,
tapi juga mendekatkan antara kelahiran dan kematian
dalam pada itu, tak bisa kutolak,
bahwa engkaulah yang menandai kehidupanku
Juli 2010
SEPERTI MAKASSAR, KUTERENGGUT OLEH BISUMU
di muara Jeneberang kumenunggu
sebelum kangen mengutukku menjadi batu batu Sombaopu
yang kau susun untuk tak bercakap denganku
apa yang kau saksikan, kekasih?
ketika tak lagi kau tiupkan angin yang menghangat
selain bandar-bandar karam
dan legenda kakek moyangku yang dicuri para pengembara
; cinta-cinta yang kelu
surat-surat Galileo kepada Karaeng Patingaloang
yang entah sampai ke tangan siapa
27 Juni 2010
SECANGKIR LUMPUR
beratus ratus kilometer pencarianku
setelah gaung di dada-dada yang berlubang
tangis membusuk di tiang-tiang rumah
mengganjal katupan mataku sebab lelah sia-sia berteriak
sejak empat tahun lalu tak ada yg bisa kembalikan kampungmu
tempat si tole mengejar impian sambil kau merapal juntaian doa
tinggal selembar kerudung menyentuh adzan Magrib
di penghujung puasamu senjaku luruh
dan di berandaku yang masih kokoh
aku berbuka dengan secangkir lumpurmu
Agustus 2010
UNTUK MBOK JUM DAN KANG ROHIM
Mbok Jum dan Kang Rohim
ketika jiwa jiwa telah berlumpur
maka hati tak lagi miliki mata
dan nama Tuhan dipertaruhkan
pada jutaan lembar mata uang asing
Mbok Jum dan Kang Rohim
ribuan nama yang mengais
sisa nafas di dalam cengkeraman lumpur
sebagian orang menangis untukmu
sisanya berwisata atasmu
sementara mereka di tempat tertinggi
sibuk melukis tanda pada peta untuk titik titik berikutnya
sambil terus bersekutu menyalahkan Tuhan
dan alam Mbok Jum dan Kang Rohim
percayalah,
sesungguhnya lumpur melumat segala
tidak pada rumah
tetapi pada jiwa mereka
Susy Ayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar