Minggu, 31 Juli 2011

PUISI PUISI SUSY AYU DI SUARA KARYA JAKARTA, OKTOBER 2010

PUISI PUISI SUSY AYU DI SUARA KARYA JAKARTA, OKTOBER 2010

AKU HAMIL OLEH MUSIM

Jauh dalam dirku bersemayam sebuah belantara

dengan pohon-pohon, belukar, rerambatan

serta binatang yang belum lagi menyandang nama

di sana kutinggal

terkadang sebagai seorang petapa, yang membenci kata-kata

atau Sita di hutan Dandaka; menunggu Rahwana menculikku

atau Rama membebaskanku

atau aku adalah segumpal tanah yang menanti sebentuk kata

lalu mengutukku menjadi Manusia.

sebatang sungai mengalir dari sana

dengan air yang diperas dari langit

diperam oleh akarakar, daun-daun yang membusuk, juga guguran benih

kadang aku terperangkap dalam bongkah bebatuan

atau menetes dari pucuk-pucuk stalaktit

kubayangkan bahwa sungai itu akan mengalir ke dataran di bawah sana

menjelma bendungan, kanal, dan parit-parit.

ia akan menjadi Nil, Indus, Yang-Tze, Eufrat, Tigris..

tapi yang kutemukan seringkali ia hanya sebutir air di pucuk daun

atau sebentuk kolam tempat seekor katak buruk tinggal

bahkan cuma genangan di kelopak Nepenthes

tempat ku sendiri terperangkap sebagai serangga sekarat

sungguh kuingin menguasai kata-kata, mengumpulkan dan menernakkannya,

beranak pinak menjadi sekumpulan hewan yang bisa kupanen sewaktu-waktu

tapi seringkali akulah yang digembalakannya, dibanding sebaliknya

musim menghampiri ku dengan kata-kata

membuatku hamil

dan memaksaku melahirkan sajak-sajak


14 Juni 2010


TENTANG MAKNA YANG KUCATAT

Aku pernah berada di luar sejarah ketika hidupku tak dimaknai

sejenis tanaman merambat ke arah mentari

sesekali berbunga dan senang

bersamamu,di taman ini aku mampu mekar

sederhana tapi bagiku seindah nirwana

sebagaimana waktu membuat kita mengenyam lupa,

tapi juga mendekatkan antara kelahiran dan kematian

dalam pada itu, tak bisa kutolak,

bahwa engkaulah yang menandai kehidupanku

Juli 2010


SEPERTI MAKASSAR, KUTERENGGUT OLEH BISUMU


di muara Jeneberang kumenunggu

sebelum kangen mengutukku menjadi batu batu Sombaopu

yang kau susun untuk tak bercakap denganku

apa yang kau saksikan, kekasih?

ketika tak lagi kau tiupkan angin yang menghangat

selain bandar-bandar karam

dan legenda kakek moyangku yang dicuri para pengembara

; cinta-cinta yang kelu

surat-surat Galileo kepada Karaeng Patingaloang

yang entah sampai ke tangan siapa


27 Juni 2010


SECANGKIR LUMPUR


beratus ratus kilometer pencarianku

setelah gaung di dada-dada yang berlubang

tangis membusuk di tiang-tiang rumah

mengganjal katupan mataku sebab lelah sia-sia berteriak

sejak empat tahun lalu tak ada yg bisa kembalikan kampungmu

tempat si tole mengejar impian sambil kau merapal juntaian doa

tinggal selembar kerudung menyentuh adzan Magrib

di penghujung puasamu senjaku luruh

dan di berandaku yang masih kokoh

aku berbuka dengan secangkir lumpurmu

Agustus 2010


UNTUK MBOK JUM DAN KANG ROHIM


Mbok Jum dan Kang Rohim

ketika jiwa jiwa telah berlumpur

maka hati tak lagi miliki mata

dan nama Tuhan dipertaruhkan

pada jutaan lembar mata uang asing

Mbok Jum dan Kang Rohim

ribuan nama yang mengais

sisa nafas di dalam cengkeraman lumpur

sebagian orang menangis untukmu

sisanya berwisata atasmu

sementara mereka di tempat tertinggi

sibuk melukis tanda pada peta untuk titik titik berikutnya

sambil terus bersekutu menyalahkan Tuhan

dan alam Mbok Jum dan Kang Rohim

percayalah,

sesungguhnya lumpur melumat segala

tidak pada rumah

tetapi pada jiwa mereka

Susy Ayu


Tidak ada komentar:

Posting Komentar